
Aceh – Kisah perjuangan seorang pria di Aceh untuk melangsungkan akad nikah viral di media sosial, menyentuh hati banyak warganet. Pria bernama Handoko ini, melalui akun Instagramnya @handoko_115, membagikan momen dramatis perjalanannya dari Takengon menuju Lhoksukon, yang harus ia tempuh dengan berjalan kaki.
Handoko terpaksa menempuh rute panjang dan ekstrem tersebut karena akses jalan tertutup total akibat bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Aceh. Dari Takengon menuju Lhoksukon jaraknya mencapai 136 km dan memakai waktu lebih dari tiga jam jika ditempuh dengan berjalan kaki.
“Rela jalan kaki dari Takengon ke lhoksukon demi akad nikah🥹🤲💪,, Lekas membaik Aceh🤲🥹#bencanaaceh #benermeriah #acehutara,” tulis keterangan akun Instagram @handoko_115.
Dalam video dan foto yang diunggah terlihat dirinya bersama beberapa pelintas lain harus menyusuri jalur yang penuh lumpur, bebatuan, dan melewati titik longsor demi mencapai tempat calon istrinya. Unggahan tersebut juga menampilkan visual kondisi jalur pegunungan yang rusak parah.
Terlihat jelas tumpukan material longsor berupa batu dan tanah yang menutup badan jalan, serta medan licin dan berlumpur yang harus dilewati. Bahkan di beberapa titik, jalanan aspal terlihat terputus akibat ambles.
Postingan tersebut sudah ditonton lebih dari 26,9 ribu kali dan mendapatkan banjir komentar dari warganet yang memberikan doa dan semangat.
“Samara ya bang, titip salam buat calon istri, semoga kalian selalu di lindungi dan diberikam keturunan soleh dan soleha,” kata pengguna Instagram @merahjingga99.
“Tetap semangat abangku🔥🙌,” ujar akun @yoga_pratama_805.
“Semoga sakinah mawaddah warahmah Allah bri🤲,” ucap akun @nurulhidayah_wn.
Konfirmasi Wolipop
Kisah perjuangan Ahmad Handoko (25 tahun) yang nekat berjalan kaki ratusan kilometer melewati jalur bencana alam dari Takengon ke Lhoksukon demi melangsungkan akad nikah, menjadi sorotan warganet. Handoko, yang sehari-hari berprofesi sebagai pekerja dan pembalap daerah di Atu Lintang, Takengon, membagikan kisahnya kepada Wolipop mengenai rintangan yang ia hadapi demi menikahi calon istrinya, Uliya (21 tahun).
Saat dihubungi, Handoko memberikan kabar baik. Ia sudah berhasil melangsungkan pernikahan dan kini berada di rumah sang mertua.
“Alhamdulillah saya sehat dan saya sekarang berada di rumah mertua saya dan Alhamdulillah saya sudah menjalankan akad nikah tanggal 8 Desember 2025 kemarin,” kata Handoko kepada Wolipop.
Ia menceritakan, keputusannya untuk berjalan kaki didasari oleh kondisi jalan yang terputus total akibat longsor dan banjir bandang di beberapa titik. Handoko harus menempuh perjalanan bertahap dari Takengon menuju Lhoksukon, yang biasanya ditempuh dalam beberapa jam dengan kendaraan normal.
“Berapa lamanya saya kurang memperhatikan yang jelas saya awal berangkat dari rumah saya di Atu Lintang menuju Buntul itu numpang dengan kawan naik motor, sampai Buntul saya bermalam di rumah saudara kawan saya pada tanggal 4 Desember, pada tanggal 5 saya lanjut (jalan kaki),” tuturnya.
Medan Ekstrem dan Rute Jalan Kaki
Perjalanan terberat adalah saat ia harus menempuh jalur yang rusak parah. Handoko memperkirakan ada sekitar tujuh kilometer jalan yang terputus total sehingga tidak bisa dilewati kendaraan, memaksanya berjalan kaki.
“Saya berjalan dari Buntul sampai Gunung Salak kurang lebih empat jam perjalanan. Sampai Gunung Salak baru saya numpang lagi sama orang sampai Lhokseumawe. Sampai Lhokseumawe baru saya lanjut lagi ke Lhoksukon,” jelasnya.
Ia tidak sendirian di sebagian rute. “(Jalan kaki) Bersama teman empat orang sampai di Kem cuma dari Kem ke Lhokseumawe sama kawan saya dari Kuala Simpang,” lanjut Handoko.
Rintangan yang dihadapi pun bukan main-main. “Rintangannya melewati jalan yang putus dan lumpur, harus mendaki di tebing yang berada di sungai.”
Keluarga Tidak Bisa Hadir
Karena parahnya kerusakan jalan, Handoko terpaksa berangkat seorang diri. Ia mengakui, hatinya sedih karena momen sakral tersebut tidak dihadiri orang tua dan saudara kandungnya.
“Tidak ada yang ikut saya berangkat sendiri dari rumah. Sayang akad tanpa kehadiran orang tua dan abang saya. Karena jalan putus jadi saya memutuskan berangkat akad sendirian. Dan kebetulan ada saudara kuliah di Lhokseumawe dia saya minta buat jadi saksi,” ungkapnya lirih.
Meskipun keluarganya dalam kondisi aman, dampak bencana di kampung halamannya sangat terasa. “Alhamdulillah (keluarga) aman semua cuma dampaknya yang parah kak beras langka, bahan bakar dan bahan pangan lainnya.”
Saat ini, Handoko bersyukur berada di Lhoksukon karena pasokan makanan masih lebih aman. “Untuk saat ini saya berada di Lhoksukon jadi masih aman yang susah itu di Takengon dan bener meriah. Harus jalan kaki juga kalau mau beli beras,” pungkasnya.
